Rabu, 30 Juli 2014

Asuhan Kebidanan Neonatus Dengan Mekonium Aspirasi Syindrom (MAS)

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “F”
USIA 1 HARI DENGAN MEKONIUM
ASPIRASI SYNDROM

BAB I
PENDAHULUAN

I.         Latar Belakang
Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal dari kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut dikarenakan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intra uterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstra uterus) yang berada diluar dan sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup tumbuh dengan segala kenyamanan karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini berarti, janin tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Di Indonesia data yang menunjukkan IMR (Infant Mortality Rate) masih tinggi. Pada tahun 2005, IMR di Indonesia bervariasi di berbagai provinsi. Penting diketahui adalah kenyataan penyumbang terbesar IMR tersebut berasal dari kelompok bayi beresiko tinggi dengan segala komplikasinya.
Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia kesehatan, supaya kasus – kasus tersebut dapat diatasi atau mengurangi atau memperkecil kemungkinan segala komplikasi.
Untuk dapat mencapai target dan tujuan diatas serta mewujudkan Indonesia sehat 2011 dalam dunia kesehatan dan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan yang berkualitas, baik dokter, bidan, perawat, ataupun tenaga kesehatan yang lain, yang berkecimpung didalamnya.

II.      Tujuan Penulisan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan kebidanan dan dapat menerapkan pengetahuan yang didapat.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mengumpulkan data Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
b.    Mendiagnosa dan mengidentifikasi masalah Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
c.    Menyusun rencana Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
d.   Melaksanakan tindakan kebidanan Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
e.    Mengevaluasi hasil tindakan kebidanan Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.

III.   Metode Penulisan
1.    Wawancara
2.    Pemeriksaan
3.    Praktek secara langsung
4.    Pengkajian catatan secara medik dan kepustakaan

IV.   Sistematika Penulisan
1.    BAB I               :  Pendahuluan
I.              Latar Belakang
II.           Tujuan Penulisan
III.        Metode Penulisan
IV.        Sistematika penulisan
2.    BAB II              :  Tinjauan Teori
I.              Konsep Teori
II.           Konsep Management Kebidanan
3.    BAB III            :  Tinjauan Kasus
I.              Pengkajian Data
II.           Identifikasi dan Diagnosa Masalah
III.        Identifikasi Masalah Potensial
IV.        Identifikasi Kebutuhan Segera
V.           Intervensi
VI.        Implementasi
VII.     Evaluasi
4.    BAB IV            : Pembahasan
5.    BAB V              :  Penutup
I.              Kesimpulan
II.           Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

I.         Konsep Teori
A.  Definisi Mekonium Aspirasi Syndrom
Mekonium aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang mempengaruhi bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam paru – paru bayi selama atau sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah tinja yang pertama kali keluar pada bayi.
Mekonium biasanya disimpan oleh usus bayi sampai setelah kelahiran, tetapi kadang – kadang dikeluarkan kedalam cairan ketuban sebelum kelahiran atau selama persalinan. Jika kemudian bayi menghirup cairan yang terkontaminasi, maka masalah pernafasan pada bayi mungkin terjadi.
Pengertian dari mekonium itu sendiri yaitu suatu zat sisa yang ditinggal oleh bayi. Zat – zat tersebuat adalah kombinasi dari rambut janin, garam empedu, enzim pankreas, getah kelenjar usus serta feses janin dan air ketuban berwarna hijau kehitaman.

B.   Etiologi
1.      Cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi / terhirup oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterine) bila terjadi stres atau kegawatan janin intrauterine.
2.      Peningkatan aktifitas usus bayi (usia kehamilan lewat 40 minggu).
3.      Kesulitan dalam melahirkan, komplikasi tali pusat.
4.      Asfiksia fetal.
5.      Gawat janin selama persalinan.
6.      Persalinan lama
7.      Karenaadanya pematangan paru secara fisiologis
8.      Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia akut
9.      Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia intrauterus kronis

C.   Patofisiologi
Syndroma ini biasanya terjadi pada infant fullterm. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan asfiksia dalam kandungan. Asfiksia menyebabkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal yang menyebabkan mekonium kluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan. Mekonium yang tebal mengakibatkan obstruksi jalan nafas, sehingga terjadi gawat nafas.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterine dapat meningkatkan peristaltik usus janin disertai relaksasi spicnter ani eksterna, sehingga terjadi pengeluaran mekonium ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksi menarik nafas baik intero maupun selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekonium kedalam saluran nafas. Mekonium tersebut mengakibatkan obstruksi jalan nafas, sehingga terjadi gawat nafas.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau parsial atau vasopasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti ditergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi peneumothoraks, hipertensi pulmonal peresisten dan peneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang transpirasi, drajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.

D.  Gejala Klinis
1.      Umumnya bayi post terem, kecil maa kehamilannya dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan ketuban.
2.      Cairan amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental
3.      Tanda syndrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir.
4.      Kadang – kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau ateliktasis
5.      Kesulitan bernafas saat lahir
6.      Retraksi
7.      Takipnea
8.      Sianosis
9.      Frekuensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan
10.  Hipoksia
11.  Hipoventilasi

E.   Diagnosis
Bayi resiko tinggi dapat diidentifikasi dengan takikardia janin, bradikardia atau tidak adanya percepatan janin setelah CTG dalam rahim. Saat lahir bayi mungkin terlihat cachexic dan menunjukkan tanda – tanda pewarnaan mekonium kekuningan pada kulit, kuku dan umbilikal. Bayi ini biasanya mengalami sindrom gangguan pernafasan dalam waktu 4 jam. Investigasi yang dapat mengkonfirmasi diagnosis adalah dada janin x-ray, yang akan menunjukkan hiperinflasi, diafragma merata, kardiomegali dan atelektasis pathy dan sample ABC yang akan menunjukkan kadar oksigen menurun.

F.    Komplikasi
1.      Penemonia aspirasi
2.      Penemonia thorax
3.      Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
4.      Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari

G.  Penatalaksanaan
Sesegera setelah kepala bayi lahir, dilakukan penghisapan lendir dari mulut bayi. Jika mekoniumnya kentaldan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang kedalam mulut bayi hingga ke trachea bayi dan dilakukan penghisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai didalam lendir bayi tidak terdapat mekonium.
Jika tidak ada tanda – tanda gawat janin dan bayinya aktif seta kulitnya berwarna kebiruan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan penghisapan trachea yang teralalu dalam karena mengakibatkan penemonia aspirasi
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutkan garam untuk mencuci saluran udara dan jika keadaan belum membaik, maka bayi harus mendapatkan penanganan yang lebih observatif di NICU.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainya yang dilakukan adalah:
§  Fisioterapi dada
§  Antibiotik
§  Menempatkan bayi pada ruangan yang hangat
§  Ventilasi mekanik
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam 2 – 4 hari. Meskipun trakipneu bisa menetap selama beberapa hari.
Hipoksiaintrauterine bisa menyebabkan kerusakan pada otak.

H.  Prognosa
Angka kematian akibat mekonium bayi (MAS) jauh lebih tinggi. MAS digunakan untuk menjelaskan porposi yang signifikan dari kematian neonatal. Sisa masalah paru yang langka tetapi termasuk gejala seperti batuk, hiperinflasi hingga tahun ke 5 – 10. Prognosa akhir tergantung pada sejauh mana cedera spp dari asfiksia dan adanya masalah terkait seperti hipertensi paru.

I.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
2.      Laringoskopi
3.      Foto thoraks
4.      Ventilasi mekanik

II.       Konsep Management Kebidanan
A.  Pengkajian
1.      Data Subyektif
a.    Biodata
Biodata penting untuk mengetahui latar belakang, identitas, intelektual, berkaitan dalam rencana pemberian konseling dan KIE.
b.    Alasan Datang
Apa menjadi tujuan datang ke pelayanan kesehatan
c.    Riwayat Persalinan
Anggal bulan tahun persalinan, UK saat persalinan, tempat bersalin, penolong persalinan, jenis persalinan, penyulit, BBL, PBL, Jenis kelamin, nifas dan usia anak.
d.   Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
§  Pertumbuhan meliputi berat badan dan panjang badan
§  Perkembangan meliputi motorik adaptif dan bahasa
e.    Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat dan reaksi atau efek samping yang didapat setelah imunisasi
f.     Pola Kebiasaan Sehari – hari
§  Nutrisi             : Makan dan minum berapa kali
§  Eliminasi         : Frekuensi, ada gangguan atau tidak
§  Aktifitas          : apakah yang dilakukan bayi sehari – hari
2.      Data Obyektif
a.       Pemeriksaan Umum
Keadaan umum      : Baik / cukup / lemah
Kesadaran               : Comosmentis / koma / apatis
HR                          : 120 – 140x / menit
RR                          : 40 – 60x / menit
Suhu                       : 36o – 37oC
Tinggi Badan          :
Berat Badan           :
b.      Pemeriksaan Fisik
§  Kepala
Inspeksi   : Simetris, tidak ada kelainan
Palpasi     : Tidak teraba benjolan abnormal, sutura; uuk;
                   uub belum menutup
§  Wajah
Inspeksi   : Simetris, ikterus (-), oedema (-), warna kulit
                   Kemerahan
§  Mata
Inspeksi   : Simetris, konjungtiva merah muda, seklera
                   putih, kelainan (-)
§  Hidung
Inspeksi   : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
                   tidak tampak sekret
§  Telinga
Inspeksi   : Simetris, serumen (-), kelainan (-)
§  Mulut
Inspeksi   : Bibir lembab, kelainan (-) gigi belum keluar
§  Leher
Inspeksi   : Simetris, kelainan (-)
Palpasi     : Tidak teraba benjolan abnormal
§  Dada
Inspeksi   : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Palpasi     : Tidak teraba benjolan abnormal
Auskultasi: Tidak terdengar ronchi / whezzing
§  Abdomen
Inspeksi   : Simetris
Palpasi     : Benjolan abnormal (-)
§  Genetalia
Inspeksi   : Kelainan (-), labia mayor menutupi labia minor
§  Ekstremitas
Inspeksi   : Simetris, kelainan (-), jari tangan dan kaki
                   lengkap

B.   Identifikasi Diagnosa Dan Masalah
Dx  : By”...” Usia ... dengan ...
DS  :
§  Ibu mengatakan ...
DO :
§  K/U            : ...
§  Kesadaran  : ...
§  TTV            :
§  Antopometri : ...

C.   Identifikasi Masalah Potensial
Masalah yang mungkin terjadi

D.  Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang harus segera ditangani

E.   Intervensi
Dx       : By”...” Usia ... dengan ...
Tujuan : Bayi dengan sesak akibat mekonial dapat teratasi.
KH      :
§  Pernafasan spontan
§  Bayi dapat bernafas normal
Intervensi :
1.      Lakukan pendekatan pada keluarga pasien (BHSP).
R/ : Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan.
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi.
R/ : Untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.      Pasang O2 CPAP sesuai advis dokter
R/ : Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen dalam darah.
4.      Observasi pemasangan CPAP.
R/ : Mencegah gangguan suplai oksigen.
5.      Bersihkan jalan nafas bayi dengan suction.
R/ : Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan.
6.      Observasi TTV bayi yang meliputi Suhu, HR, RR dan SpO2.
R/ : Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/ : Untuk mendapatkan terapi yang tepat

F.    Implementasi
Mengacu pada intervensi.

G.  Evaluasi
Mengacu pada kriteria hasil.

BAB III
TINJAUAN KASUS

I.         Pengkajian Data
Tanggal                  : 25 November 2012
Jam                         : 09.00 WIB
Tempat                   : R. NICU RSUD Sidoarjo
A.  Data Subyektif
1.         Biodata
Nama Bayi        : By. Ny. “F”
Tanggal lahir     : 25 – 11 – 2012 Jam 05.00 WIB
Umur                 : 1 hari
Jenis Kelamin    : Perempuan
Anak Ke            : 1

Nama Ibu     : Ny. “F”                         Nama Ayah  : Tn. “M”
Umur            : 23 Tahun                       Umur            : 27 tahun
Agama          : Islam                             Agama          : Islam
Pendidikan   : SMA                             Pendidikan   : SMA
Pekerjaan      : Tidak bekerja                Pekerjaan      : Swasta
Alamat          : Gelem – Candi – Sidoarjo
2.         Alasann datang
 ––
3.         Riwayat Antenatal, Natal Dan Post Natal
a.       Riwayat Antenatal
Ibu mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya dibidan. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan dan nyeri perut bagian bawah selama kehamilan, serta ibu selalu mendapatkan vitamin setiap periksa.
b.      Riwayat Natal
Ibu melahirkan tanggal 25 – 11 – 2012 jam 05.00 WIB, bayi lahir Spontan, jenis kelamin perempuan, A/S 6 – 7, BBl 3100 gr, PBL 50 cm, ketuban hijau. Ibu melahirkan pada usia kandungan ibu 40 minggu.
c.       Riwayat Post Natal
Bayi dirujuk dari bidan dengan keadaan umum kritis, sesak (+), ciyanosis (+), merintih (+), kemudian masuk dan dirawat diruang NICU.
4.         Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, Penyakit kuning), penyakit menurun (darah tinggi, nyeri dada sebelah kiri).
5.         Kebutuhan Dasar
a.       Pola Nutrisi        : Bayi dipuasakan dan hanya mendapatkan cairan
                             infus D10%
b.      Pola Eliminasi    : BAB (+), BAK (+) ± 130 cc / 24 jam
c.       Pola Istiirahat     : Bayi tidur ± 20 jam / 24 jam

B.  Data Obyektif
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum     : Kritis
Kesadaran              : Composmentis
TTV       HR           : 111x / menit
              Suhu        : 36,3o C
              RR           : 70x / menit
              SpO2        : 99%
Sesak                      : (+)
Merintih                 : (+)
Ciyanosis               : (+)
Antopometri   BB  : 3100 gr
                       PB   : 50 cm
2.    Pemeriksaan Fisik
û  Kepala
Inspeksi        : Simetris, tidak ada kelainan
Palpasi          : Tidak teraba benjolan abnormal, sutura; uuk;
                       uub belum menutup
û  Muka
Inspeksi        : Warna kulit cyanosis
û  Mata
Inspeksi        : Simetris, tidak ikterus, kelainan (-)
û  Hidung
Inspeksi        : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
                   tidak tampak sekret
û  Telinga
Inspeksi        : Simetris, serumen (-), kelainan (-)
û  Mulut
Inspeksi        : Bibir lembab, kelainan, (-) gigi sudah keluar
û  Leher
Inspeksi        : Simetris, kelainan (-)
Palpasi          : Tidak teraba adanya kelainan
û  Dada
Inspeksi        : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Palpasi          : Tidak teraba benjolan abnormal
Auskultasi    : Tidak terdengar ronchi, terdengar whezzing
û  Abdomen
Inspeksi        : Kulit tampak ciyanosis, simetris, talpus
                       terbungkus kasa
Palpasi          : Benjolan abnormal (-)
Perkusi          : Tidak kembung
û  Genetalia
Inspeksi        : Kelainan (-), labia mayor menutupi labia minor
û  Ekstremitas
Inspeksi        : Simetris, kelainan (-), jari tangan dan kaki
                       Lengkap
3.    Pemeriksaan Neurologis
û  Reflek morro           : (+)
û  Reflek grashping     : (+)
û  Reflek rooting         : (+)
4.    Pemeriksaan Antopometri
BB  : 3.100 gr
PB   : 50 cm
Lika            : 33 cm
Lida            : 32 cm
Lila : 10 cm

II.      Identifikasi dan Diagnosa Masalah
Dx  : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
DS  : ––
DO :
û Keadaan Umum     : Kritis
û Kesadaran              : Composmentis
û TTV    Nadi           : 111x / menit
            Suhu           : 36,3o C
            Rr               : 70x / menit
            SpO2           : 99
û Sesak                      : (+)
û Cyanosis                : (+)
û Merintih                 : (+)

III.   Identifikasi Masalah Potensial
û  Peneumonia aspirasi
û  Peneumonia thorax
û  Gangguan pernafasan

IV.   Identifikasi Kebutuhan Segera
û  Hangatkan bayi kedalam inkubator
û  Bersihkan jalan nafas
û  Pemberian oksigen
û  Observasi ketat
û  Kotaborasi dengan dokter Sp.A.

V.      Intervensi
Dx            : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
Tujuan      :
û  Jangka Panjang    : Mekonium dalam paru – paru bayi dapat hilang dalam 3 x 24 jam
û  Jangka Pendek     : Mekonium dalam paru – paru bayi dapat berkurang dalam 1 x 24 jam
KH           :
û  Keadaan umum baik
û  Pernafasan spontan
û  Tidak ada whezzing
û  Tidak ada pernafasan cuping hidung
û  TTV dalam batas normal
1.         Lakukan pendekatan pada keluarga pasien.
R/ : Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan.
2.         Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi.
3.         Pasang O2 CPAP sesuai dengan advis.
R/ : Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen dalam darah.
4.         Berikan posisi semi fowler dengan kepala defleksi.
R/ : Membua jalan nafas bayi.
5.         Observasi pemasangan CPAP.
R/ : Mencegah gangguan suplai oksigen.
6.         Bersihkan jalan nafas bayi dengan suction pump.
R/ : Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan.
7.         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/ : Mendapatkan terapi yang tepat
8.         Melakukan perawatan tali pusat bayi
R/ : Mencegah terjadinya infeksi
9.         Lakukan pencegahan kehilangan panas tubuh bayi
R/ : Mencegah terjadinya hipotermi.
10.     Observasi TTV bayi yang meliputi HR, RR, Suhu dan SpO2.
R/ : Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan.

VI.   Implementasi
Tanggal    : 25 November 2012                           jam : 14.00
Dx            : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
1.      Melakukan pendekatan pada keluarga bayi agar lebih kooperatif (BHSP).
2.      Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi untuk mencegah terjadinya infeksi
3.      Melakukan pemasangan 02 CPAP dengan FlO2 45, PEEP 7, Flow 6.
4.      Memberikan posisi semi fowler dengan kepala bayi defleksi
5.      Mengobservasi pemasangan CPAP untuk mencegah gangguan suplai oksigen yang masuk pada bayi
6.      Membersihkan jalan nafas bayi dengan suction pump
7.      Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan cairan infus
8.      Melakukan perawatan tali pusat bayi untuk pencegahan infeksi
9.      Melakukan pencegahan kehilangan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi
10.  Mengobservasi tanda – tanda vital bayi setiap 1 jam sekali yang meliputi HR, RR,Suhu dan SpO2.

VII.Evaluasi
Tanggal    : 25 November 2012                           Jam : 14.00 WIB
Dx            : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
S   : ––
O  :
û  k/u                    : Kritis
û  kesadaran        : Composmentis
û  Suhu               : 37,1oC
û  HR                  : 124x / menit
û  RR                  : 61x / menit
û  SpO2               : 99 %
û  Sesak              : (+)
û  Merintih          : (+)
û  Cyanosis         : (-)
û  Mobilisasi       : (+)
û  BAB / BAK   : (+)
û  Retraksi dinding dada     : (+)
û  Terapi              : D10% 200 cc /24 jam, injeksi futacef 2 x 150 mg, injeksi vit k 1 mg.
û  Terpasang O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A  : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
P   :
û Observasi O2 CPAP
û Melakukan oral hygine setiap pagi
û Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.

Catatan Perkembangan
Tanggal    : 25 November 2012                           Jam : 14.00 WIB
S   : ––
O  :
û  k/u                    : Kritis
û  Kesadaran       : Composmentis
û  Suhu               : 37,1oC
û  HR                  : 124x / menit
û  RR                  : 61x / menit
û  SpO2               : 99 %
û  Sesak              : (+)
û  Merintih          : (+)
û  Cyanosis         : (-)
û  Mobilisasi       : (+)
û  BAB / BAK   : (+)
û  Retraksi dinding dada     : (+)
û  Terapi              : D10% 200 cc /24 jam, injeksi futacef 2 x 150 mg.
û  Terpasang O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A  : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
P   :
û Observasi O2 CPAP
û Melakukan oral hygine setiap pagi
û Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.

Catatan Perkembangan :
Tanggal    : 26 November 2012                           Jam : 21.00 WIB
S   : ––
O  :
û  k/u                    : Kritis
û  Kesadaran       : Composmentis
û  Suhu               : 37,8oC
û  HR                  : 134x / menit
û  RR                  : 57x / menit
û  SpO2               : 91 %
û  Tangis             : (+)
û  Mobilisasi       : (+)
û  BAB / BAK   : (+)
û  Retraksi dinding dada     : (-)
û  Terapi              : D10% 200 cc /24 jam, injeksi futacef 2 x 150 mg
û  Terpasang O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A  : Bayi Ny. “F” Usia 2 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P   :
û Observasi pemasangan O2 CPAP
û Melakukan oral hygine setiap pagi
û Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.
û Mengganti popok bayi
û Melakukan perawatan tali pusat
û Melakukan suction pump secara berkala

Catatan Perkembangan :
Tanggal    : 27 November 2012                           Jam : 21.00 WIB
S   : ––
O  :
û  k/u                    : Kritis
û  Kesadaran       : Composmentis
û  Suhu               : 36,5oC
û  HR                  : 142x / menit
û  RR                  : 43x / menit
û  SpO2               : 95 %
û  Tangis             : (+)
û  Mobilisasi       : (+)
û  BAB / BAK   : (+)
û  Retraksi dinding dada     : (-)
û  Terapi              : D10% 200 cc /24 jam, injeksi futacef 2 x 150 mg
A  : Bayi Ny. “F” Usia 3 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P   :
û Observasi pemasangan O2 CPAP
û Melakukan oral hygine setiap pagi
û Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.
û Mengganti popok bayi
û Melakukan perawatan tali pusat
û Melakukan suction pump secara berkala

Catatan Perkembangan :
Tanggal    : 28 November 2012                           Jam : 14.00 WIB
S   : ––
O  :
û  k/u                    : Cukup
û  Kesadaran       : Composmentis
û  Suhu               : 36,9oC
û  HR                  : 140x / menit
û  RR                  : 58x / menit
û  SpO2               : 99 %
û  Tangis             : (+)
û  Mobilisasi       : (+)
û  BAB / BAK   : (+)
û  Retraksi dinding dada     : (-)
A  : Bayi Ny. “F” Usia 4 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P   :
û Observasi pemasangan O2 Nasal
û Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.
û Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk pemberian terapi
û Memindahkan pasien ke ruang neonatus

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam Teori disebutkan bahwa mekonium aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang mempengaruhi bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam paru – paru bayi selama atau sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah tinja yang pertama kali keluar pada bayi.
Pada kasus Bayi “F” Usia 1 hari didapatkan bayi “F” dalam keadaan kritis akibat mekonium aspirasi syndrom.
Dalam identifikasi masalah dan diagnosa, sesuai dengan data subyektif dalam kasus Bayi “F” ditemukan diagnosa Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
Pada identifikasi masalah potensial ditemukan permasalahan terjadinya penumonia aspirasi, peneumonia thoraks dan gangguan pernafasan
Pada identifikasi kebutuhan segera, kebutuhan yang segera dilakukan adalah hangatkan bayi kedalam inkubator, bersihkan jalan nafas, pemberian oksigen, observasi ketat dan kolaborasi dengan dokter Sp. A.
Sesuai dengan teori intervensi dilakukan. Intervensi yang dilakukan seperti :
û  Melakukan pendekatan pada keluarga bayi agar lebih kooperatif (BHSP).
û  Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi untuk mencegah terjadinya infeksi
û  Melakukan pemasangan 02 CPAP dengan FlO2 45, PEEP 7, Flow 6.
û  Memberikan posisi semi fowler dengan kepala bayi defleksi
û  Mengobservasi pemasangan CPAP untuk mencegah gangguan suplai oksigen yang masuk pada bayi
û  Membersihkan jalan nafas bayi dengan suction pump
û  Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan cairan infus
û  Melakukan perawatan tali pusat bayi untuk pencegahan infeksi
û  Melakukan pencegahan kehilangan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi
û  Mengobservasi tanda – tanda vital bayi setiap 1 jam sekali yang meliputi HR, RR,Suhu dan SpO2.
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada.
Saat evaluasi didapatkan bayi dalam keadaan kritis, sesak, merintih dan terdapat retraksi dinding dada sehingga dilakukan pemantauan sampai hari ke-4.
Pada catatan perkembangan hari ke-4 ditemukan keadaan bayi “F” dalam keadaan membaik sehingga dilakukan rencana pemindahan bayi “F” pada ruang neonatus.

BAB V
PENUTUP

     I.     Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian serta Asuhan Kebidanan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal :
1.      Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada By.”F” didapatkan hasil bahwa bayi “F” dalam keadaan keadaan kritis, merintih dan terdapat retraksi dinding dada.
2.      Pada identifikasi diagnosa dan masalah, ditemukan diagnosa Bayi “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
3.      Intervensi yang dilakukan antara lain memberikan bantuan pernafasan berupa O2 CPAP.
4.      Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada.
5.      Pada evaluasi dari hasil asuhan yang diberikan didapatkan hasil bayi dalam keadaan kritis, sehingga dilakukan pemantauan hingga hari ke-4.
6.      Pada catatan perkembangan hari ke-4 bayi dalam keaddan membaik sehingga direncanakan akan dipindahkan pada ruang neonatus.
  II.     Saran
§  Bagi ibu
Menganjurkan ibu agar selalu memantau keadaan bayinya.
§  Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan kondisi umum bayi dan selalu melakukan tindakan sesuai prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba

Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : EGC


www.wordpress.com/mekonium-aspirasi-syndrom/09/1 di unduh tanggal 15 desember 2012