ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI NY. “F”
USIA
1 HARI DENGAN MEKONIUM
ASPIRASI
SYNDROM
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Periode segera
setelah bayi baru lahir merupakan awal dari kehidupan yang tidak menyenangkan
bagi bayi. Hal tersebut dikarenakan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intra
uterus) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstra uterus) yang berada diluar
dan sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup tumbuh dengan segala kenyamanan
karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya dari dirinya sendiri. Hal ini
berarti, janin tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Di Indonesia
data yang menunjukkan IMR (Infant Mortality Rate) masih tinggi. Pada tahun
2005, IMR di Indonesia bervariasi di berbagai provinsi. Penting diketahui
adalah kenyataan penyumbang terbesar IMR tersebut berasal dari kelompok bayi
beresiko tinggi dengan segala komplikasinya.
Hal tersebut
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia kesehatan, supaya kasus –
kasus tersebut dapat diatasi atau mengurangi atau memperkecil kemungkinan
segala komplikasi.
Untuk dapat
mencapai target dan tujuan diatas serta mewujudkan Indonesia sehat 2011 dalam
dunia kesehatan dan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik antar tenaga
kesehatan yang berkualitas, baik dokter, bidan, perawat, ataupun tenaga
kesehatan yang lain, yang berkecimpung didalamnya.
II. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan kebidanan dan dapat menerapkan
pengetahuan yang didapat.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengumpulkan data Pada Bayi Ny. “F” Usia
1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
b.
Mendiagnosa dan mengidentifikasi masalah
Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
c.
Menyusun rencana Pada Bayi Ny. “F” Usia 1
Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
d.
Melaksanakan tindakan kebidanan Pada Bayi
Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
e.
Mengevaluasi hasil tindakan kebidanan
Pada Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
III. Metode
Penulisan
1.
Wawancara
2.
Pemeriksaan
3.
Praktek secara langsung
4.
Pengkajian catatan secara medik dan
kepustakaan
IV. Sistematika
Penulisan
1. BAB
I : Pendahuluan
I.
Latar Belakang
II.
Tujuan Penulisan
III.
Metode Penulisan
IV.
Sistematika penulisan
2. BAB
II : Tinjauan Teori
I.
Konsep Teori
II.
Konsep Management Kebidanan
3. BAB
III : Tinjauan Kasus
I.
Pengkajian Data
II.
Identifikasi dan Diagnosa Masalah
III.
Identifikasi Masalah Potensial
IV.
Identifikasi Kebutuhan Segera
V.
Intervensi
VI.
Implementasi
VII.
Evaluasi
4. BAB
IV : Pembahasan
5. BAB
V : Penutup
I.
Kesimpulan
II.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
I.
Konsep Teori
A. Definisi
Mekonium Aspirasi Syndrom
Mekonium
aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang mempengaruhi bayi baru
lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam paru – paru bayi selama atau
sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah tinja yang pertama kali keluar
pada bayi.
Mekonium
biasanya disimpan oleh usus bayi sampai setelah kelahiran, tetapi kadang –
kadang dikeluarkan kedalam cairan ketuban sebelum kelahiran atau selama
persalinan. Jika kemudian bayi menghirup cairan yang terkontaminasi, maka
masalah pernafasan pada bayi mungkin terjadi.
Pengertian
dari mekonium itu sendiri yaitu suatu zat sisa yang ditinggal oleh bayi. Zat –
zat tersebuat adalah kombinasi dari rambut janin, garam empedu, enzim pankreas,
getah kelenjar usus serta feses janin dan air ketuban berwarna hijau kehitaman.
B. Etiologi
1. Cairan
amnion yang mengandung mekonium terinhalasi / terhirup oleh bayi. Mekonium
dapat keluar (intrauterine) bila terjadi stres atau kegawatan janin
intrauterine.
2. Peningkatan
aktifitas usus bayi (usia kehamilan lewat 40 minggu).
3. Kesulitan
dalam melahirkan, komplikasi tali pusat.
4. Asfiksia
fetal.
5. Gawat
janin selama persalinan.
6. Persalinan
lama
7. Karenaadanya
pematangan paru secara fisiologis
8. Sebuah
respon terhadap peristiwa hipoksia akut
9. Sebuah
respon terhadap peristiwa hipoksia intrauterus kronis
C. Patofisiologi
Syndroma
ini biasanya terjadi pada infant fullterm. Mekonium ditemukan pada cairan
amnion dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan asfiksia
dalam kandungan. Asfiksia menyebabkan peningkatan peristaltik intestinal karena
kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal yang
menyebabkan mekonium kluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam
kandungan. Mekonium yang tebal mengakibatkan obstruksi jalan nafas, sehingga
terjadi gawat nafas.
Asfiksia
dan berbagai bentuk stres intrauterine dapat meningkatkan peristaltik usus janin
disertai relaksasi spicnter ani eksterna, sehingga terjadi pengeluaran mekonium
ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksi menarik nafas baik intero maupun
selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekonium
kedalam saluran nafas. Mekonium tersebut mengakibatkan obstruksi jalan nafas,
sehingga terjadi gawat nafas.
Aspirasi
mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau parsial atau vasopasme
pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti ditergen,
mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan
akan terjadi peneumothoraks, hipertensi pulmonal peresisten dan peneumonia
karena bakteri.
Dengan
intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi
angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari
jumlah mekonium yang transpirasi, drajat infiltrasi paru dan tindakan
suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama
kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal
setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.
D. Gejala
Klinis
1. Umumnya
bayi post terem, kecil maa kehamilannya dengan kuku panjang dan kulit terwarnai
oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan
ketuban.
2. Cairan
amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental
3. Tanda
syndrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir.
4. Kadang
– kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau
ateliktasis
5. Kesulitan
bernafas saat lahir
6. Retraksi
7. Takipnea
8. Sianosis
9. Frekuensi
denyut jantung rendah sebelum dilahirkan
10. Hipoksia
11. Hipoventilasi
E. Diagnosis
Bayi
resiko tinggi dapat diidentifikasi dengan takikardia janin, bradikardia atau
tidak adanya percepatan janin setelah CTG dalam rahim. Saat lahir bayi mungkin
terlihat cachexic dan menunjukkan tanda – tanda pewarnaan mekonium kekuningan
pada kulit, kuku dan umbilikal. Bayi ini biasanya mengalami sindrom gangguan
pernafasan dalam waktu 4 jam. Investigasi yang dapat mengkonfirmasi diagnosis
adalah dada janin x-ray, yang akan menunjukkan hiperinflasi, diafragma merata,
kardiomegali dan atelektasis pathy dan sample ABC yang akan menunjukkan kadar
oksigen menurun.
F. Komplikasi
1. Penemonia
aspirasi
2. Penemonia
thorax
3. Kerusakan
otak akibat kekurangan oksigen
4. Gangguan
pernafasan yang menetap selama beberapa hari
G. Penatalaksanaan
Sesegera
setelah kepala bayi lahir, dilakukan penghisapan lendir dari mulut bayi. Jika
mekoniumnya kentaldan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang kedalam
mulut bayi hingga ke trachea bayi dan dilakukan penghisapan lendir. Prosedur
ini dilakukan secara berulang sampai didalam lendir bayi tidak terdapat
mekonium.
Jika
tidak ada tanda – tanda gawat janin dan bayinya aktif seta kulitnya berwarna
kebiruan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan penghisapan trachea
yang teralalu dalam karena mengakibatkan penemonia aspirasi
Jika
mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutkan garam untuk mencuci saluran
udara dan jika keadaan belum membaik, maka bayi harus mendapatkan penanganan
yang lebih observatif di NICU.
Setelah
lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainya yang dilakukan adalah:
§ Fisioterapi
dada
§ Antibiotik
§ Menempatkan
bayi pada ruangan yang hangat
§ Ventilasi
mekanik
Gangguan
pernafasan biasanya akan membaik dalam 2 – 4 hari. Meskipun trakipneu bisa
menetap selama beberapa hari.
Hipoksiaintrauterine
bisa menyebabkan kerusakan pada otak.
H. Prognosa
Angka
kematian akibat mekonium bayi (MAS) jauh lebih tinggi. MAS digunakan untuk
menjelaskan porposi yang signifikan dari kematian neonatal. Sisa masalah paru
yang langka tetapi termasuk gejala seperti batuk, hiperinflasi hingga tahun ke
5 – 10. Prognosa akhir tergantung pada sejauh mana cedera spp dari asfiksia dan
adanya masalah terkait seperti hipertensi paru.
I. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan
Laboratorium
2. Laringoskopi
3. Foto
thoraks
4. Ventilasi
mekanik
II. Konsep
Management Kebidanan
A. Pengkajian
1. Data
Subyektif
a. Biodata
Biodata penting untuk mengetahui
latar belakang, identitas, intelektual, berkaitan dalam rencana pemberian
konseling dan KIE.
b. Alasan
Datang
Apa menjadi tujuan datang ke
pelayanan kesehatan
c. Riwayat
Persalinan
Anggal bulan tahun persalinan, UK
saat persalinan, tempat bersalin, penolong persalinan, jenis persalinan,
penyulit, BBL, PBL, Jenis kelamin, nifas dan usia anak.
d. Riwayat
Pertumbuhan dan Perkembangan
§ Pertumbuhan
meliputi berat badan dan panjang badan
§ Perkembangan
meliputi motorik adaptif dan bahasa
e. Riwayat
Imunisasi
Imunisasi yang telah didapat dan
reaksi atau efek samping yang didapat setelah imunisasi
f. Pola
Kebiasaan Sehari – hari
§ Nutrisi : Makan dan minum berapa kali
§ Eliminasi : Frekuensi, ada gangguan atau tidak
§ Aktifitas : apakah yang dilakukan bayi sehari –
hari
2. Data
Obyektif
a. Pemeriksaan
Umum
Keadaan umum : Baik / cukup / lemah
Kesadaran : Comosmentis / koma / apatis
HR : 120 – 140x / menit
RR : 40 – 60x / menit
Suhu : 36o – 37oC
Tinggi Badan :
Berat Badan :
b. Pemeriksaan
Fisik
§ Kepala
Inspeksi : Simetris, tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal, sutura;
uuk;
uub belum menutup
§ Wajah
Inspeksi : Simetris, ikterus (-), oedema (-), warna
kulit
Kemerahan
§ Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva merah muda, seklera
putih, kelainan (-)
§ Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung,
tidak tampak sekret
§ Telinga
Inspeksi : Simetris, serumen (-), kelainan (-)
§ Mulut
Inspeksi : Bibir lembab, kelainan (-) gigi belum
keluar
§ Leher
Inspeksi : Simetris, kelainan (-)
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal
§ Dada
Inspeksi : Simetris, tidak tampak retraksi dinding
dada
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal
Auskultasi:
Tidak terdengar ronchi / whezzing
§ Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Benjolan abnormal (-)
§ Genetalia
Inspeksi : Kelainan (-), labia mayor menutupi labia
minor
§ Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kelainan (-), jari tangan dan
kaki
lengkap
B. Identifikasi
Diagnosa Dan Masalah
Dx : By”...” Usia ... dengan ...
DS :
§
Ibu mengatakan ...
DO :
§ K/U : ...
§ Kesadaran : ...
§ TTV :
§ Antopometri
: ...
C. Identifikasi
Masalah Potensial
Masalah
yang mungkin terjadi
D. Identifikasi
Kebutuhan Segera
Kebutuhan
yang harus segera ditangani
E. Intervensi
Dx : By”...” Usia ... dengan ...
Tujuan : Bayi dengan sesak akibat mekonial dapat
teratasi.
KH :
§ Pernafasan
spontan
§ Bayi
dapat bernafas normal
Intervensi :
1.
Lakukan pendekatan pada keluarga pasien
(BHSP).
R/
: Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pada bayi.
R/
: Untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.
Pasang O2 CPAP sesuai advis
dokter
R/
: Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen dalam darah.
4.
Observasi pemasangan CPAP.
R/
: Mencegah gangguan suplai oksigen.
5.
Bersihkan jalan nafas bayi dengan
suction.
R/
: Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan.
6.
Observasi TTV bayi yang meliputi Suhu,
HR, RR dan SpO2.
R/
: Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan.
7.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi
R/
: Untuk mendapatkan terapi yang tepat
F. Implementasi
Mengacu
pada intervensi.
G. Evaluasi
Mengacu pada
kriteria hasil.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
I.
Pengkajian Data
Tanggal : 25 November 2012
Jam : 09.00 WIB
Tempat : R. NICU RSUD Sidoarjo
A. Data
Subyektif
1.
Biodata
Nama Bayi : By. Ny. “F”
Tanggal lahir : 25 – 11 – 2012 Jam 05.00 WIB
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1
Nama
Ibu : Ny. “F” Nama Ayah :
Tn. “M”
Umur : 23 Tahun Umur :
27 tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan :
Swasta
Alamat : Gelem – Candi – Sidoarjo
2.
Alasann datang
––
3.
Riwayat Antenatal, Natal Dan Post Natal
a. Riwayat
Antenatal
Ibu mengatakan rutin memeriksakan
kehamilannya dibidan. Ibu mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan dan
nyeri perut bagian bawah selama kehamilan, serta ibu selalu mendapatkan vitamin
setiap periksa.
b. Riwayat
Natal
Ibu melahirkan tanggal 25 – 11 –
2012 jam 05.00 WIB, bayi lahir Spontan, jenis kelamin perempuan, A/S 6 – 7, BBl
3100 gr, PBL 50 cm, ketuban hijau. Ibu melahirkan pada usia kandungan ibu 40
minggu.
c. Riwayat
Post Natal
Bayi dirujuk dari bidan dengan
keadaan umum kritis, sesak (+), ciyanosis (+), merintih (+), kemudian masuk dan
dirawat diruang NICU.
4.
Riwayat Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak
ada yang menderita penyakit menular (TBC, Penyakit kuning), penyakit menurun
(darah tinggi, nyeri dada sebelah kiri).
5.
Kebutuhan Dasar
a.
Pola Nutrisi : Bayi dipuasakan dan hanya mendapatkan cairan
infus D10%
b.
Pola Eliminasi : BAB (+), BAK (+) ± 130 cc / 24 jam
c.
Pola Istiirahat : Bayi tidur ± 20 jam / 24 jam
B. Data
Obyektif
1. Pemeriksaan
Umum
Keadaan Umum : Kritis
Kesadaran : Composmentis
TTV
HR :
111x / menit
Suhu : 36,3o C
RR :
70x / menit
SpO2 : 99%
Sesak : (+)
Merintih : (+)
Ciyanosis : (+)
Antopometri
BB :
3100 gr
PB :
50 cm
2. Pemeriksaan
Fisik
û Kepala
Inspeksi : Simetris, tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal,
sutura; uuk;
uub belum menutup
û Muka
Inspeksi : Warna kulit cyanosis
û Mata
Inspeksi : Simetris, tidak ikterus, kelainan (-)
û Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung,
tidak tampak sekret
û Telinga
Inspeksi : Simetris, serumen (-), kelainan (-)
û Mulut
Inspeksi : Bibir lembab, kelainan, (-) gigi sudah
keluar
û Leher
Inspeksi : Simetris, kelainan (-)
Palpasi : Tidak teraba adanya kelainan
û Dada
Inspeksi : Simetris, tidak tampak retraksi
dinding dada
Palpasi : Tidak teraba benjolan abnormal
Auskultasi : Tidak terdengar ronchi, terdengar whezzing
û Abdomen
Inspeksi : Kulit tampak ciyanosis, simetris,
talpus
terbungkus kasa
Palpasi : Benjolan abnormal (-)
Perkusi : Tidak kembung
û Genetalia
Inspeksi : Kelainan (-), labia mayor menutupi
labia minor
û Ekstremitas
Inspeksi :
Simetris, kelainan (-), jari tangan dan kaki
Lengkap
3.
Pemeriksaan Neurologis
û Reflek
morro : (+)
û Reflek
grashping : (+)
û Reflek
rooting : (+)
4.
Pemeriksaan Antopometri
BB :
3.100 gr
PB :
50 cm
Lika : 33 cm
Lida : 32 cm
Lila : 10 cm
II. Identifikasi
dan Diagnosa Masalah
Dx : Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium
Aspirasi Syndrom
DS : ––
DO :
û Keadaan
Umum : Kritis
û Kesadaran : Composmentis
û TTV Nadi :
111x / menit
Suhu :
36,3o C
Rr :
70x / menit
SpO2 : 99
û Sesak : (+)
û Cyanosis : (+)
û Merintih : (+)
III. Identifikasi
Masalah Potensial
û Peneumonia
aspirasi
û Peneumonia
thorax
û Gangguan
pernafasan
IV. Identifikasi
Kebutuhan Segera
û Hangatkan
bayi kedalam inkubator
û Bersihkan
jalan nafas
û Pemberian
oksigen
û Observasi
ketat
û Kotaborasi
dengan dokter Sp.A.
V. Intervensi
Dx
: Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
Tujuan :
û Jangka
Panjang : Mekonium dalam paru – paru
bayi dapat hilang dalam 3 x 24 jam
û Jangka
Pendek : Mekonium dalam paru – paru
bayi dapat berkurang dalam 1 x 24 jam
KH :
û Keadaan
umum baik
û Pernafasan
spontan
û Tidak
ada whezzing
û Tidak
ada pernafasan cuping hidung
û TTV
dalam batas normal
1.
Lakukan pendekatan pada keluarga pasien.
R/
: Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan.
2.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pada bayi.
R/
: Mencegah terjadinya infeksi.
3.
Pasang O2 CPAP sesuai dengan
advis.
R/
: Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen dalam darah.
4.
Berikan posisi semi fowler dengan kepala
defleksi.
R/
: Membua jalan nafas bayi.
5.
Observasi pemasangan CPAP.
R/
: Mencegah gangguan suplai oksigen.
6.
Bersihkan jalan nafas bayi dengan
suction pump.
R/
: Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan.
7.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi
R/
: Mendapatkan terapi yang tepat
8.
Melakukan perawatan tali pusat bayi
R/
: Mencegah terjadinya infeksi
9.
Lakukan pencegahan kehilangan panas
tubuh bayi
R/
: Mencegah terjadinya hipotermi.
10. Observasi
TTV bayi yang meliputi HR, RR, Suhu dan SpO2.
R/
: Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan.
VI. Implementasi
Tanggal : 25 November 2012 jam
: 14.00
Dx
: Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
1. Melakukan
pendekatan pada keluarga bayi agar lebih kooperatif (BHSP).
2. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi untuk mencegah
terjadinya infeksi
3. Melakukan
pemasangan 02 CPAP dengan FlO2 45, PEEP 7, Flow 6.
4. Memberikan
posisi semi fowler dengan kepala bayi defleksi
5. Mengobservasi
pemasangan CPAP untuk mencegah gangguan suplai oksigen yang masuk pada bayi
6. Membersihkan
jalan nafas bayi dengan suction pump
7. Berkolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan cairan infus
8. Melakukan
perawatan tali pusat bayi untuk pencegahan infeksi
9. Melakukan
pencegahan kehilangan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi
10. Mengobservasi
tanda – tanda vital bayi setiap 1 jam sekali yang meliputi HR, RR,Suhu dan SpO2.
VII.Evaluasi
Tanggal : 25 November 2012 Jam
: 14.00 WIB
Dx
: Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
S
: ––
O
:
û k/u : Kritis
û kesadaran : Composmentis
û Suhu : 37,1oC
û HR : 124x / menit
û RR : 61x / menit
û SpO2 : 99 %
û Sesak : (+)
û Merintih : (+)
û Cyanosis : (-)
û Mobilisasi : (+)
û BAB
/ BAK : (+)
û Retraksi
dinding dada : (+)
û Terapi : D10% 200 cc /24 jam, injeksi
futacef 2 x 150 mg, injeksi vit k 1 mg.
û Terpasang
O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A
: Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
P
:
û
Observasi O2 CPAP
û
Melakukan oral hygine setiap pagi
û Observasi
TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2 setiap 1 jam.
Catatan Perkembangan
Tanggal : 25 November 2012 Jam
: 14.00 WIB
S
: ––
O
:
û k/u : Kritis
û Kesadaran : Composmentis
û Suhu : 37,1oC
û HR : 124x / menit
û RR : 61x / menit
û SpO2 : 99 %
û Sesak : (+)
û Merintih : (+)
û Cyanosis : (-)
û Mobilisasi : (+)
û BAB
/ BAK : (+)
û Retraksi
dinding dada : (+)
û Terapi : D10% 200 cc /24 jam, injeksi
futacef 2 x 150 mg.
û Terpasang
O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A
: Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom
P
:
û
Observasi O2 CPAP
û
Melakukan oral hygine setiap pagi
û
Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2
setiap 1 jam.
Catatan
Perkembangan :
Tanggal : 26 November 2012 Jam
: 21.00 WIB
S
: ––
O
:
û k/u : Kritis
û Kesadaran : Composmentis
û Suhu : 37,8oC
û HR : 134x / menit
û RR : 57x / menit
û SpO2 : 91 %
û Tangis : (+)
û Mobilisasi : (+)
û BAB
/ BAK : (+)
û Retraksi
dinding dada : (-)
û Terapi : D10% 200 cc /24 jam, injeksi
futacef 2 x 150 mg
û Terpasang
O2 CPAP FlO2 45, PEEP 7 Flow 6.
A
: Bayi Ny. “F” Usia 2 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P
:
û
Observasi pemasangan O2 CPAP
û
Melakukan oral hygine setiap pagi
û
Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2
setiap 1 jam.
û
Mengganti popok bayi
û
Melakukan perawatan tali pusat
û
Melakukan suction pump secara berkala
Catatan
Perkembangan :
Tanggal : 27 November 2012 Jam
: 21.00 WIB
S
: ––
O
:
û k/u : Kritis
û Kesadaran : Composmentis
û Suhu : 36,5oC
û HR : 142x / menit
û RR : 43x / menit
û SpO2 : 95 %
û Tangis : (+)
û Mobilisasi : (+)
û BAB
/ BAK : (+)
û Retraksi
dinding dada : (-)
û Terapi : D10% 200 cc /24 jam, injeksi
futacef 2 x 150 mg
A
: Bayi Ny. “F” Usia 3 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P
:
û
Observasi pemasangan O2 CPAP
û
Melakukan oral hygine setiap pagi
û
Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2
setiap 1 jam.
û
Mengganti popok bayi
û
Melakukan perawatan tali pusat
û
Melakukan suction pump secara berkala
Catatan Perkembangan :
Tanggal : 28 November 2012 Jam
: 14.00 WIB
S
: ––
O
:
û k/u : Cukup
û Kesadaran : Composmentis
û Suhu : 36,9oC
û HR : 140x / menit
û RR : 58x / menit
û SpO2 : 99 %
û Tangis : (+)
û Mobilisasi : (+)
û BAB
/ BAK : (+)
û Retraksi
dinding dada : (-)
A
: Bayi Ny. “F” Usia 4 Hari Dengan Neonatus Aterm dan Mekonium Aspirasi Syndrom
P
:
û
Observasi pemasangan O2 Nasal
û
Observasi TTV : HR, RR, Suhu dan SpO2
setiap 1 jam.
û
Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A
untuk pemberian terapi
û
Memindahkan pasien ke ruang neonatus
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam Teori disebutkan
bahwa mekonium aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang
mempengaruhi bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam paru
– paru bayi selama atau sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah tinja
yang pertama kali keluar pada bayi.
Pada kasus Bayi “F” Usia
1 hari didapatkan bayi “F” dalam keadaan kritis akibat mekonium aspirasi
syndrom.
Dalam identifikasi
masalah dan diagnosa, sesuai dengan data subyektif dalam kasus Bayi “F”
ditemukan diagnosa Bayi Ny. “F” Usia 1 Hari Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
Pada identifikasi
masalah potensial ditemukan permasalahan terjadinya penumonia aspirasi,
peneumonia thoraks dan gangguan pernafasan
Pada identifikasi
kebutuhan segera, kebutuhan yang segera dilakukan adalah hangatkan bayi kedalam
inkubator, bersihkan jalan nafas, pemberian oksigen, observasi ketat dan
kolaborasi dengan dokter Sp. A.
Sesuai dengan teori
intervensi dilakukan. Intervensi yang dilakukan seperti :
û Melakukan
pendekatan pada keluarga bayi agar lebih kooperatif (BHSP).
û Mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi untuk mencegah
terjadinya infeksi
û Melakukan
pemasangan 02 CPAP dengan FlO2 45, PEEP 7, Flow 6.
û Memberikan
posisi semi fowler dengan kepala bayi defleksi
û Mengobservasi
pemasangan CPAP untuk mencegah gangguan suplai oksigen yang masuk pada bayi
û Membersihkan
jalan nafas bayi dengan suction pump
û Berkolaborasi
dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan cairan infus
û Melakukan
perawatan tali pusat bayi untuk pencegahan infeksi
û Melakukan
pencegahan kehilangan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi
û Mengobservasi
tanda – tanda vital bayi setiap 1 jam sekali yang meliputi HR, RR,Suhu dan SpO2.
Implementasi dilakukan
sesuai dengan intervensi yang ada.
Saat evaluasi
didapatkan bayi dalam keadaan kritis, sesak, merintih dan terdapat retraksi
dinding dada sehingga dilakukan pemantauan sampai hari ke-4.
Pada catatan
perkembangan hari ke-4 ditemukan keadaan bayi “F” dalam keadaan membaik
sehingga dilakukan rencana pemindahan bayi “F” pada ruang neonatus.
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian serta
Asuhan Kebidanan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal :
1. Dari
hasil pengkajian yang dilakukan pada By.”F” didapatkan hasil bahwa bayi “F”
dalam keadaan keadaan kritis, merintih dan terdapat retraksi dinding dada.
2. Pada
identifikasi diagnosa dan masalah, ditemukan diagnosa Bayi “F” Usia 1 Hari
Dengan Mekonium Aspirasi Syndrom.
3. Intervensi
yang dilakukan antara lain memberikan bantuan pernafasan berupa O2
CPAP.
4. Implementasi
yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada.
5. Pada
evaluasi dari hasil asuhan yang diberikan didapatkan hasil bayi dalam keadaan
kritis, sehingga dilakukan pemantauan hingga hari ke-4.
6. Pada
catatan perkembangan hari ke-4 bayi dalam keaddan membaik sehingga direncanakan
akan dipindahkan pada ruang neonatus.
II. Saran
§ Bagi
ibu
Menganjurkan ibu agar selalu memantau
keadaan bayinya.
§ Bagi
tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan kondisi umum bayi dan selalu melakukan tindakan sesuai prosedur
yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2008.
Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba
Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak
Jilid 2. Jakarta : EGC
www.wordpress.com/mekonium-aspirasi-syndrom/09/1
di unduh tanggal 15 desember 2012